Bukan Lemah Hanya Butuh Waktu untuk Pulih
919
wp-singular,post-template-default,single,single-post,postid-919,single-format-standard,wp-theme-bridge,wp-child-theme-bridge-child,bridge-core-3.1.8,qode-page-transition-enabled,ajax_fade,page_not_loaded,,qode_grid_1300,qode-child-theme-ver-1.0.0,qode-theme-ver-30.5,qode-theme-bridge,qode_header_in_grid,wpb-js-composer js-comp-ver-7.6,vc_responsive

Bukan Lemah Hanya Butuh Waktu untuk Pulih

Bukan Lemah Hanya Butuh Waktu untuk Pulih

Kadang hidup terasa begitu melelahkan. Bangun pagi dengan kepala penuh beban, menjalani hari seolah-olah hanya untuk bertahan, lalu tidur dengan rasa cemas yang belum selesai. Semua orang pernah ada di titik ini capek bukan hanya fisik, tapi juga hati dan pikiran. Rasanya seperti terus berlari tanpa tahu garis akhirnya ada di mana.

Capek sama kehidupan bukan berarti lemah. Justru, itu tanda kalau kita sudah terlalu lama menahan. Menahan tangis, marah, kecewa, dan lelah yang tidak pernah sempat benar-benar diakui.panen99 Kita terbiasa pura-pura kuat, tersenyum di depan orang lain, dan menyimpan semua luka dalam diam. Tapi setiap orang punya batas, dan tidak apa-apa jika kamu merasa sudah sampai di ujung tenaga.

Dalam kondisi seperti ini, yang dibutuhkan bukan nasihat panjang atau motivasi klise. Kadang yang paling kita butuhkan hanyalah waktu untuk diam, ruang untuk bernafas, dan keberanian untuk jujur pada diri sendiri. Tidak apa-apa kalau hari ini kamu tidak baik-baik saja. Tidak apa-apa kalau kamu ingin menangis atau berhenti sejenak dari segala tuntutan.

Hidup memang tidak selalu ramah, tapi bukan berarti kita harus terus berperang sendirian. Pelan-pelan saja. Istirahat bukan berarti menyerah. Mengaku lelah bukan berarti kalah. Kamu manusia, dan manusia butuh waktu untuk sembuh, untuk bernapas, dan untuk mencintai diri sendiri lagi.

Capek itu wajar. Tapi jangan lupa, setelah lelah ini berlalu, masih ada harapan menunggu di ujung jalan. Kamu tidak sendiri.

No Comments

Post A Comment